Jumat, 11 September 2015

Petilasan

Tak Diperhatikan Pemerintah, Warga Pugar Makam Raja Lasem

 

Tempat persemayaman abu jenazah Raja Lasem, Dewi Indu di Desa Gowak, Kecamatan Lasem, Rembang. (KORAN MURIA / AHMAD FERI)
Tempat persemayaman abu jenazah Raja Lasem, Dewi Indu di Desa Gowak, Kecamatan Lasem, Rembang. (KORAN MURIA / AHMAD FERI)
REMBANG – Keberadaan makam Raja Lasem, Dewi Indu, di Desa Gowak, Kecamatan Lasem, Rembang, dinilai kurang perhatian dari pemerintah. Oleh karenanya masyarakat desa setempat bersama pemerhati sejarah, melakukan pemugaran makam itu secara swadaya.
Hingga Jumat (11/9/2015), mereka masih sibuk mempercantik persemayaman abu jenazah Dewi Indu, yang notabene merupakan keponakan mendiang Raja Majapahit, Hayam Wuruk.  Pemugaran persemayaman tersebut telah dimulai sejak 26 Agustus 2015 lalu.
Sesuai rencana pemugaran kali ini ditarget rampung dan diresmikan pada 28 September 2015 mendatang. Sejauh ini, pemugaran menelan telah menelan dana Rp 9 juta, dan diprediksi mencapai Rp 16 juta sampai selesai. Anggaran pemugaran itu berasal dari hasil swadaya masyarakat dan pemerhati sejarah.
“Pemugaran dilakukan dengan menambahkan pagar keliling berarsitektur Majapahit, dan pemasangan paving di kompleks persemayaman. Pemugaran ini untuk melindungi situs sejarah dan ikon pariwisata. Warga antusias melindungi situs sejarah, sehingga mereka mau swadaya. Semoga setelah dipugar bisa menjadi objek baru pariwisata,” ujar Ernantoro, pemrakarsa Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem.
Pihaknya berharap, setelah warga secara swadaya melakukan pemugaran ini, pemerintah setempat juga memberikan perhatian. Di antaranya segera memperbaiki jalan menuju mendiang Raja Lasem tersebut. Apalagi saat ini sudah cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke makam tersebut.
“Saat ini sudah cukup banyak wisatawan yang datang, bahkan wisatawan mancanegara juga sudah ada. Sementara ini yang menjadi kendala adalah akses, ya hanya soal jalan dari jalan raya menuju Gowak saja yang perlu dibenahi. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) pemkab untuk mendorong perkembangan sektor pariwisata,” terangnya.
Sebelum dipugar, Ernantoro mengatakan bahwa situs persemayaman mendiang Raja Lasem itu, hanya berupa cungkup di bawah pohon beringin. Menurutnya abu “layon” hanya ditaruh di dalam gerabah kuno. Dia menegaskan bahwa warga yakin itu makam Dewi Indu, berdasarkan literasi sejarah.
“Selain tercantum dalam sejumlah literasi sejarah, makam mendiang Raja Lasem itu ditunjukkan melalui penanda berupa batu besar yang memuat tapak kaki Raja Hayam Wuruk. Situs makam Dewi Indu juga merupakan salah satu dari 160 peninggalan bersejarah yang didata BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya),” pungkasnya. (AHMAD FERI / ALI MUNTOHA)

Tawuran

Dikepung Siswa SMA Nasional, Siswa SMK Tunas Harapan Takut Pulang

Pihak kepolisian dari Polsek Wedarijaksa tengah berjaga-jaga di antara puluhan siswa yang tidak mau pulang karena dicegat siswa SMA Nasional. (KORAN MURIA / LISMANTO)
Pihak kepolisian dari Polsek Wedarijaksa tengah berjaga-jaga di antara puluhan siswa yang tidak mau pulang karena dicegat siswa SMA Nasional. (KORAN MURIA / LISMANTO)
PATI – Sejumlah siswa SMK Tunas Harapan Pati, Jumat (11/9/2015) terlihat siaga dan bergerombol di tempat parkir, Pertigaan jalan Pati-Trangkil KM 4, Desa Bumiayu, Kecamatan Wedarijaksa. Hal ini lantaran ada ancaman akan diserang siswa dari SMA Nasional Pati.
Mereka tak berani langsung pulang, meski jam sekolah telah selesai. Lantaran ada kabar sejumlah siswa SMA Nasional mengepung mereka di sejumlah titik. Siswa SMA Nasional dikabarkan mencegat di kawasan Alugoro, delat SPBU Desa Mulyoharjo.
Berdasarkan informasi yang didapatkan di lapangam sejumlah siswa SMA Nasional sempat mendatangi siswa SMK Tunas Harapan. Akibatnya, siswa SMK tersebut memilih bergerombol dan tak berani langsung pulang ke rumahnya.
Hal ini juga diakui oleh guru SMK tersebut. Achlis Nur Fuad, Guru Bimbingan Konseling (BK) SMK Tunas Harapan, juga menunggui siswanya yang tak mau pulang, untuk memastikan tidak terjadi apa-apa terhadap muridnya.
Pihak kepolisian dari Polsek Wedarijaksa tengah berjaga-jaga di antara puluhan siswa yang tidak mau pulang karena dicegat siswa SMA Nasional. (KORAN MURIA / LISMANTO)
Pihak kepolisian dari Polsek Wedarijaksa tengah berjaga-jaga di antara puluhan siswa yang tidak mau pulang karena dicegat siswa SMA Nasional. (KORAN MURIA / LISMANTO)
“Tadi, sejumlah siswa sempat bilang takut pulang karena dari arah selatan sudah ada siswa SMA Nasional di sekitar Alugoro. Tadi anak-anak juga bilang, siswa SMA Nasional sempat lewat di kawasan SMK Tunas Harapan,” ujar Achlis Nur Fuad.
Pihaknya juga ingin memastikan, siswanya tak terlibat terlibat tawuran. “Saya memang menunggui mereka. Siswa mestinya belajar dan memikirkan masa depan yang masih jauh, jangan malah tawuran dengan siswa lain,” kata Achlis.
Informasi adanya upaya tawuran siswa tersebut, juga didengar aparat kepolisian. Polsek Wedarijaksa kemudian menurunkan personel baik dari polsek maupun dari Polres Pati, untuk melakukan pengamanan.
Kapolsek Wedarijaksa AKP Sulistyoningrum mengatakan, sebetulnya kondisinya aman-aman saja. Ia menyatakan, pihaknya juga siap mengawal siswa yang takut pulang.
“Kalau bergerombol begini kan malah memicu ketegangan. Padahal, kami siap mengawal mereka pulang. Jadi, aman,” tandasnya. (LISMANTO / ALI MUNTOHA)